Informasi
- Author: Admin
- Created date: 2024-07-31 02:51:21
PENGGUNAAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK
Matematika merupakan pelajaran yang mayoritas tidak diminati oleh peserta didik. Mendengar namanya saja mungkin sudah menakutkan dan tidak menarik. Matematika identik dengan angka-angka dan perhitungan yang menurut peserta didik rumit sehingga membuatnya tidak diminati. Tetapi ada juga peserta didik yang menganggap pelajaran Matematika itu menyenangkan dan menantang, meskipun itu hanya pandangan dari sebagian kecil peserta didik. Hal ini tergantung dari minat dan kemampuan masing-masing peserta didik. Selain itu, penggunaan pendekatan, metode, dan model pembelajaran pada saat kegiatan belajar mengajar juga mempengaruhi terhadap minat belajar peserta didik.
Minat belajar adalah kecenderungan individu untuk memiliki rasa senang tanpa ada paksaan sehingga dapat menyebabkan perubahan pengetahuan, keterampilan, dan tingkah laku. Kurangnya minat belajar Matematika khususnya pada peserta didik di MTs Negeri 7 Cirebon yang merupakan sekolah dimana penulis mengajar sebelumnya, dapat dilihat dari peserta didik yang kurang memperhatikan penjelasan pendidik pada saat kegiatan pembelajaran, kurangnya partisipasi peserta didik (bertanya atau menjawab pertanyaan) pada saat kegiatan tanya jawab atau diskusi, kurang antusias dalam mengikuti pelajaran, serta menunda tugas yang diberikan oleh pendidik. Faktor yang mempengaruhi minat belajar peserta didik dapat berasal dari faktor internal maupun eksternal. Faktor eksternal dapat berasal dari penggunaan model, metode, dan pendekatan pembelajaran yang kurang variatif pada saat kegiatan pembelajaran. Minat belajar peserta didik yang rendah dapat menyebabkan pula rendahnya kemampuan peserta didik dalam menyerap materi pembelajaran.
Pendekatan dalam pembelajaran adalah suatu jalan, cara, atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh pendidik atau peserta didik dalam pencapaian tujuan pembelajaran, hal ini dapat dilihat dari bagaimana proses pembelajaran atau materi pembelajaran dikelola. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran Matematika adalah pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) yang diharapkan dapat meningkatkan minat belajar peserta didik. Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) menurut Susanto (2013: 205) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa, bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa ke pengalaman belajar yang berorientasi pada hal-hal yang real (nyata). Pendekatan ini bertitik tolak dari hal-hal yang real (nyata) bagi peserta didik, menekankan keterampilan âprocess of doing mathematicsâ, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi, akhirnya menggunakan Matematika untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Lima karakteristik Realistic Mathematics Education menurut Treffers (dalam Wijaya, 2012) yaitu penggunaan konteks, penggunaan model, pemanfaatan hasil konstruksi siswa, interaktivitas, dan keterkaitan.
Penggunaan Realistic Mathematics Education untuk meningkatkan minat belajar Matematika peserta didik ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap pertama, penulis melakukan koordinasi dengan kepala madrasah sebagai pemangku kebijakan dan rekan guru Matematika yang ada di MTs Negeri 7 Cirebon sebagai mentor sekaligus partner dalam melakukan diskusi. Tahap kedua, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam pembuatan RPP juga dikonsultasikan dengan rekan guru Matematika sehingga diperoleh saran serta perbaikan. Penulis melakukan analisis terhadap silabus, kompetensi dasar, dan materi pembelajaran, serta menentukan tujuan pembelajaran, IPK, metode, media, sumber belajar, dan penilaian yang akan dilakukan. Langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran yang termuat dalam RPP juga menyesuaikan dengan pendekatan Realistic Mathematics Education.
Tahap ketiga, membuat alat peraga yang akan mempermudah pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran dan memudahkan peserta didik dalam memahami materi yang sedang dipelajari. Membuat alat peraga yang efektif (tepat sasaran), efisien (hemat biaya dan waktu), inovatif, dan berorientasi pada mutu. Tahapan pembuatan alat peraga meliputi memilih bahan yang sesuai dengan materi pembelajaran yaitu materi operasi penjumlahan, pengurangan, dan perkalian pada bentuk aljabar; serta berkonsultasi dengan rekan guru Matematika terkait alat peraga yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Dari konsultasi ini rekan guru menyarankan untuk penggunaan alat peraga perkalian pada bentuk aljabar dapat dilakukan pada variabel x yang positif.
Alat peraga yang digunakan pada materi penjumlahan bentuk aljabar yaitu menggunakan permen kemasan yang di atasnya diberikan simbol variabel sesuai dengan pilihan peserta didik serta penggunaan bangun datar seperti persegi, persegi panjang, dan belah ketupat yang terbuat dari kertas karton untuk memudahkan siswa dalam memahami materi operasi penjumlahan aljabar. Sedangkan alat peraga yang digunakan pada materi pengurangan bentuk aljabar yaitu menggunakan gambar-gambar seperti buah apel, jeruk, mangga, dan bola dimana masing-masing gambar tersebut memuat variabel. Untuk memudahkan peserta didik memahami pengurangan pada bentuk aljabar, maka penulis menggunakan warna yang berbeda untuk membedakan bilangan positif dan negatif sebagai pengurang. Warna hitam pada setiap gambar yang memuat nilai negatif atau gambar yang berperan sebagai pengurang. Diharapkan dengan perbedaan warna tersebut, peserta didik lebih mudah dalam memahami materi pengurangan pada bentuk aljabar.
Alat peraga yang digunakan pada materi operasi perkalian bentuk aljabar yaitu menggunakan blok aljabar. Alat peraga blok aljabar ini terdiri dari tiga jenis blok yaitu blok satuan berupa persegi dengan sisinya satu satuan; blok x berupa persegi panjang dengan panjang x satuan dan lebar satu satuan; dan blok x2 berupa persegi dengan sisinya x satuan. Blok satuan, persegi, dan persegi panjang pun dibedakan warnanya menjadi dua. Warna merah untuk bilangan positif dan warna hijau untuk bilangan negatif. Blok persegi merah memiliki makna sebagai x2, blok persegi hijau memiliki makna sebagai -x2, blok persegi panjang merah memiliki makna sebagai x, blok persegi panjang hijau memiliki makna sebagai -x, blok satuan merah memiliki makna sebagai 1, dan yang terakhir blok satuan hijau memiliki makna sebagai -1. Cara penggunaan blok aljabar untuk perkalian bentuk aljabar yaitu dengan memisalkan dua suku aljabar yang akan dikalikan sebagai panjang dan lebar pada sebuah persegi panjang atau sisi pada sebuah persegi, kemudian menyusun blok-blok dari panjang dan lebar sebuah persegi panjang yang diketahui sehingga membentuk sebuah persegi panjang, dan langkah terakhir yaitu menentukan jumlah masing-masing blok.
Tahap keempat, membuat instrumen angket minat belajar dan soal post test. Tahapan pembuatan instrumen ini meliputi pembuatan instrumen angket minat belajar dan kisi-kisinya; membuat soal post test terkait materi operasi penjumlahan, pengurangan, dan perkalian bentuk aljabar serta kisi-kisinya; berkonsultasi dengan rekan guru Matematika terkait instrumen angket minat belajar dan soal post test.
Tahap kelima, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas. Tahapan kegiatannya meliputi pengisian angket minat belajar oleh peserta didik sebelum pembelajaran menggunakan RME; pembelajaran Matematika menggunakan RME selama 3 kali pertemuan (materi pada pertemuan pertama yaitu penjumlahan pada bentuk aljabar selama 3 JP, materi pada pertemuan kedua yaitu pengurangan pada bentuk aljabar selama 2 JP, dan materi pada pertemua ketiga yaitu perkalian pada bentuk aljabar selama 2 JP); pengisian angket minat belajar setelah pembelajaran Matematika menggunakan RME; dan pengerjaan soal post test oleh peserta didik.
Tahap keenam yang merupakan tahap terakhir yaitu evaluasi. Tahap evaluasi meliputi mengolah dan menganalisis hasil pengisian angket minat belajar Matematika sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan Realistic Mathematics Education (RME); mengolah dan menganalisis hasil pengerjaan soal post test peserta didik; mengevaluasi hasil kegiatan; serta berkonsultasi dengan kepala madrasah terkait hasil kegiatan.
Kegiatan pembelajaran menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) dilaksanakan di kelas VIIC MTs Negeri 7 Cirebon selama tiga kali pertemuan pada materi operasi penjumlahan, pengurangan, dan perkalian pada bentuk aljabar. Dari hasil pengolahan angket minat belajar, diketahui bahwa minat belajar peserta didik yang paling rendah sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan RME yaitu sebesar 46,25 % dan yang paling tinggi sebesar 86,25 %. Sedangkan minat belajar peserta didik yang paling rendah setelah mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan RME yaitu sebesar 61,25 % dan yang paling tinggi sebesar 92,5 %. Hampir semua peserta didik mengalami peningkatan pada minat belajarnya, kecuali satu peserta didik yang persentase minat belajarnya tetap sama baik sebelum dan setelah mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan RME.
Rata-rata persentase minat belajar peserta didik sebelum mengikuti pembelajaran menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) yaitu 66 % dan setelah mengikuti pembelajaran menggunakan RME yaitu 77,33 %. Sehingga disimpulkan bahwa setelah pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan RME dapat meningkatkan minat belajar Matematika peserta didik kelas VIIC di MTs Negeri 7 Cirebon sebesar 11,33 %. Hal ini menunjukkan suatu perubahan yang baik. Selain pengisian angket, peserta didik juga mengerjakan soal post test pada materi operasi penjumlahan, pengurangan, dan perkalian pada bentuk aljabar sebanyak 5 soal dalam bentuk soal uraian. Dari hasil pengolahan persentase minat belajar setelah menggunakan RME dan nilai post test diketahui bahwa peserta didik dengan persentase minat belajar yang paling rendah yaitu 61,25 % mendapatkan nilai post test yang paling rendah juga (di bawah KKM) yaitu 40. Sedangkan peserta didik dengan persentase minat belajar paling tinggi yaitu 92,5 % hanya mendapatkan nilai post test sebesar 80. Meskipun nilai post test nya di atas KKM, tetapi nilai ini masih lebih rendah dibandingkan dengan peserta didik yang mempunyai minat belajar lebih rendah dari 92,5 % yang mendapatkan nilai 100.
Hal ini disebabkan karena peserta didik dengan persentase minat belajar paling tinggi yaitu 92,5 % tidak terlalu fokus pada saat mengerjakan soal post test sehingga terdapat kesalahan dalam menjawab soal. Hal ini dapat dilihat dari jawaban nomor 1. Peserta didik tersebut kurang tepat dalam menjumlahkan 3a2 dengan -2a2, jawaban yang benar adalah a2 tetapi peserta didik tersebut menjawab 5a4, sedangkan penjumlahan untuk variabel lainnya pada nomor 1 sudah tepat. Selain itu, terdapat juga peserta didik dengan persentase minat belajar sebesar 76,25 % dan 72,75 % mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu 50 dan 44. Hal ini dapat disebabkan karena kurang fokus pada saat mengerjakan soal post test ataupun karena kurang memahami materi tersebut.
Penggunaan Realistic Mathematics Education (RME) dalam pembelajaran Matematika ini berdasarkan core issue yaitu kurangnya minat belajar Matematika pada peserta didik. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan RME dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan dan penggunaan RME mampu meningkatkan rata-rata minat belajar Matematika pada peserta didik dari 66 % menjadi 77,33 % (peningkatan sebesar 11,33 %). Dalam kegiatan yang telah dilakukan penulis dengan semua keterbatasannya, penulis merekomendasikan kepada guru Matematika untuk menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dalam kegiatan pembelajaran pada materi yang sesuai untuk meningkatkan minat belajar peserta didik. Penulis juga mengharapkan adanya saran dan perbaikan dari pembaca terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan supaya hasilnya lebih maksimal.
Penulis : AAN MAGHFIROH (Pengajar MTs Negeri 10 Ciamis)
Penulis : AAN MAGHFIROH (Pengajar MTs Negeri 10 Ciamis)